HEE SERIES :: sHEEcret – Part 1 [The Simple Thing?]


#HEEisBack

cr pict : Riri Rida

 

~~~0000~~~

Rae Hee’s Apartemen. Human Star Ville, Room Number : 8799, Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul.

February 15th, 2013

 

 

“Apa yang kau lihat, heum?” Tanya Choi Rae Hee sambil meletakkan dengan hati-hati mangkuk berisi kimchi octopus sujebi yang baru saja matang. Pertanyaan itu tentu saja dilontarkan untuk kekasihnya yang sudah ‘kembali’ padanya pasca insiden pembunuhan diri masing-masing karena perpisahan yang tidak dikehendaki.

 

Rae Hee kembali lagi ke dapur, sementara sang kekasih, Kim Hee Chul, masih sibuk menyentuh layar tab milik Rae Hee untuk melihat semua yang sedang pria itu baca, Rae Hee tidak tahu apa itu.

 

Tiga detik kemudian, Rae Hee kembali lagi sambil menaruh mangkuk berisi nasi dan meletakkan sumpitnya di atas mangkuk tersebut, di hadapan Hee Chul yang hanya melirik sebentar, sebelum fokus lagi kepada benda mini dalam genggaman pria itu.

 

Hal tersebut membuat Rae Hee penasaran, dia berdiri di belakang Hee Chul dan meletakkan dagunya di atas bahu pria itu, mengamati apa yang dibaca oleh Hee Chul.

#HEEisback.”  Hee Chul menunjuk satu titik di kolom komentar blog pribadi Rae Hee, feedback dari reader atas tulisannya yang paling membahagiakan perasaan pribadinya, HEE SERIES :: HEElectri Love! yang selama ini menjadi andalannya untuk ‘berbagi’ Hee Chul dan Super Junior kepada seluruh penggemar di luar sana, khususnya Indonesia. Menjadikan cerita kehidupan pribadinya ke dalam bentuk fanfiction agar tidak akan ada orang yang mempercayainya. Rae Hee cukup puas dengan semua itu.

 

Rae Hee tersenyum kalem, kembali ke tempat duduknya di hadapan Hee Chul, mengipasi lauk makan malam yang masih terlihat kepulan asapnya. Hee Chul tak akan pernah mau makan jika makanan itu masih panas. Jadi hal yang dia lakukan sudah menjadi rutinitasnya jika Hee Chul datang untuk makan malam bersama di apartemennya.

 

“Kedengarannya kau tidak suka?” Tanya Rae Hee sambil tersenyum, menggoda Hee Chul, membuat pria itu mendongak sesaat lalu mendengus.

 

“Kau tahu? Lama-lama aka nada yang menyadari bahwa ini bukan sekedar tulisanmu. Dan saat itu, apa yang mampu aku lakukan, hah? Tidak pernahkah terpikirkan olehmu sedikit saja?” suara Hee Chul berubah dingin dan datar, tak ada bercanda pada setiap nadanya. Hal itu membuat Rae Hee menghela napas pelan, sambil tersenyum seolah ‘menenangkan’ Hee Chul.

 

“Hee Chul-ssi, tahukah siapa yang membuatku pertama kali menulis dengan begitu serius?” Tanya Rae Hee lembut, matanya terfokus pada sosok di hadapannya meski Hee Chul sendiri hanya meliriknya sebentar. Jemari lentik milik pria itu diketuk-ketukkan di atas meja. “Kau,” lanjut Rae Hee, menjawab sendiri pertanyaannya.

 

Hee Chul sudah tahu jawabannya adalah itu, tapi hatinya masih saja merasakan getar saat Rae Hee mengucapkannya. Gadis itu sudah pernah mengatakan padanya, bahwa Kim Hee Chul-lah yang membawa Choi Rae Hee ke dalam ‘dunia’ tulis, dan hanya Kim Hee Chul-lah yang bisa menghentikannya.

 

Pada dasarnya, Hee Chul tidak pernah melarang atau mencoba menghentikan kegemaran Rae Hee karena Hee Chul tahu, menulis adalah kebutuhan gadis itu, sama seperti dirinya di dunia entertainmen. Hanya saja, jika Rae Hee terus menerus melanjutkan HEE Series yang Hee Chul sendiri tidak tahu kapan akan di’tamat’kan secara tertulis, itu akan membahayakan Rae Hee sendiri.

 

Memang, tidak akan ada yang mudah percaya begitu saja, tapi jika suatu saat Rae Hee diketahui bekerja bersama Super Junior, bukankah itu akan menimbulkan kecurigaan? Otak-otak manusia yang cerdas akan langsung menyusun puzzlepuzzle yang selama ini berantakan, kan? Lalu, saat kala itu tiba, apa yang bisa dilakukan Hee Chul?

 

“Aku tidak menyuruhmu untuk berhenti menulis. Hanya hentikan HEE Series. Sejujurnya, aku mulai merasa khawatir. Apa kau tidak bisa membaca semua komentarnya? Atau aku yang salah menerjemahkannya? Disana tertulis, tidak hanya sekali-dua kali, bahwa mereka mulai merasakan bahwa ini semua nyata-”

 

“Dan aku membantah itu dengan canda, bacakah?” potong Rae Hee. Tangannya terulur untuk meraih tablet dari tangan Hee Chul, lalu mengembalikan tablet itu dengan bukti bahwa Rae Hee memang membantah semua persepsi yang mengarah kepada pembongkaran rahasia dengan canda dan santai.

 

“Aku tetap berkeras, Hee-ya,” ucap Hee Chul, menclose jendela browser dan meletakkan tablet itu di kursi kosong di sebelahnya, tanda bahwa pria itu tak mau didebat lagi. Rae Hee hanya menghembuskan napasnya berat.

 

“Jadi, kau ingin aku menghentikan HEE Series?” Tanya Rae Hee setelah dirinya mendorong mangkuk lauk yang sudah mendingin ke hadapan Hee Chul.

 

“Kau bisa menulis yang lain, tapi jangan HEE Series lagi. Karya yang satu itu sudah mulai membahayakan.”

 

Rae Hee menatap Hee Chul lama. Pria itu, pria yang tak mampu Rae Hee miliki seutuhnya, mengutarakan keinginannya sendiri. Selama satu tahun lebih, Hee Chul sering memberikan perintah ataupun hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan oleh Rae Hee, dan selama itu pula, pelarangan Hee Chul memang sejalan dengan Rae Hee. Tapi berbeda dengan kali ini, permintaan Hee Chul tentang hal ini, rasanya berat.

 

HEE Series adalah hidupnya.

 

Awalnya dia hanya menuliskan semua kejadian yang dia alami di laptopnya, dalam bentuk curahan diari. Tapi kemudian Rae Hee mengembangkannya menjadi sebuah karya pertama berjudul My Beloved Fan, dan kemudian berlanjut hingga detik ini. Menulis HEE Series, Rae Hee merasakan ‘hidup’ karena mampu ‘berbagi’ apa yang dia alami, rasakan, dan pikirkan. Dan Rae Hee harus menghentikannya?

 

Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati Rae Hee, dirinya tahu bahwa suatu saat nanti dia harus meng’akhiri’ HEE Series, tidak lagi menceritakan tentang hidupnya, hidup Hee Chul, hidup Super Junior dan keluarga besar SM dalam bentuk tulisan karena suatu alasan. Tapi Rae Hee tidak pernah menduga bahwa alasan itu datang secepat ini, saat ini, dari Hee Chul sendiri.

 

Rae Hee mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan, kemudian tersenyum. “Arraseo, aku akan menghentikannya.”

 

Dan ucapan itu membuat Hee Chul mendongak kaget. Hee Chul sendiri sebenarnya tidak tega untuk melarang Rae Hee seperti ini karena dirinya tahu apa arti HEE Series untuk Choi Rae Hee. Hanya saja, ini semua demi kebaikan gadis itu dan dirinya sendiri. Terlalu banyak yang sudah diungkapkan Rae Hee dalam tulisannya, dan hal itu kelak tidak akan menyelamatkan Rae Hee dari tuduhan bahwa semua ini ‘nyata’.

 

“Aku akan menghentikan HEE Series,” ulang Rae Hee saat melihat Hee Chul yang melongo kaget. “Dengan satu syarat, dan aku mau kau mengabulkannya.”

 

“Apa?” Tanya Hee Chul hati-hati. Kim Hee Chul sejujurnya lebih membenci kenyataan bahwa dirinya tidak bisa melakukan apapun jika Rae Hee sampai terekspos sedikit saja. Hee Chul benci jika tahu bahwa Rae Hee dalam bahaya dan dirinya tidak bisa melakukan apapun. Melepaskan gadis itu bukanlah hal yang mampu dilakukannya. Jadi, Hee Chul tidak punya pilihan lain lagi selain meminta hal seperti ini.

 

“Biarkan aku meng’akhiri’nya dengan caraku. Karena, aku masih harus ‘berbagi’ kepada readers. Aku janji aku akan mengakhirinya sebelum kau keluar militer, tapi aku akan melakukannya dengan caraku. Cukup adil?” Rae Hee mengangkat jari kelingkingnya ke tengah meja, tepat ke hadapan Hee Chul. Rae Hee tahu ini keputusan sulit, tapi dia cukup mengerti bahwa ini, demi kebaikan.

 

Rae Hee bisa menuliskan cerita lain, Hee Chul bilang begitu, dan Rae Hee meyakininya.

 

Hee Chul meletakkan sumpit di samping mangkuk nasinya, lalu mengaitkan kelingkingnya sendiri ke kelingking Rae Hee. “Adil.”

 

Hee Chul bisa melihat kalau Rae Hee berat melakukannya. Tapi Hee Chul sendiri tidak bisa menarik apa yang menjadi keputusannya. Dan mengetahui bahwa Rae Hee menuruti apa yang dikehendakinya, untuk yang kesekian kali, membuat Hee Chul merasa menjadi orang yang paling berharga di dunia.

 

Karena itu Rae Hee.

 

Gadis berharganya.

 

Rae Hee melepaskan kelingkingnya duluan, lantas kembali makan. Setelah menelan makanannya, Rae Hee mencoba mengganti topik, berharap tekanan yang mendadak muncul di jiwanya karena ‘rencana’ ini, tidak diketahui oleh Hee Chul. Atau sebenarnya, lebih kepada agar Rae Hee bisa membuang perasaan tertekan itu. “Aku melihat video Sungdong-mu yang kemarin. Kau benar-benar melupakan semua koreografinya?”

 

“Aku kan jarang latihan, hanya pergi ke SM sesekali untuk melihat dan bertukar kabar. Semua orang sibuk untuk tur dunia sekarang. Aku tidak melupakannya, hanya tidak bisa mengingat dengan baik,” jawab Hee Chul, kemudian pria itu menyuapkan satu suapan besar ke dalam mulutnya.

 

“Memangnya, melupakan dan tidak bisa mengingat apa bedanya? Kau harus mulai melakukan diet dan latihan sesekali. Masa kembalimu tidak lama lagi bukan?”

 

“Masih lama. Aku akan mulai melakukan itu setidaknya tiga bulan sebelum keluar. Tidak usah khawatir. Kau lupa ya? Kalau aku pengingat yang baik?”

 

“Kau memang pengingat yang baik, tapi butuh waktu yang cukup lama bagimu untuk melakukan koreografi dengan benar dan sempurna, lebih lama dari member lain.” Kejujuran Rae Hee membuat Hee Chul mendeliknya dengan sempurna, Rae Hee tertawa kecil.

 

“Setidaknya tidak lebih lama dari Kang In, ataupun Ryeo Wook,” ucap Hee Chul membela dirinya sendiri.

 

“Kita lihat saja nanti.” Rae Hee mengulum senyumnya. Senyum penuh arti. Entah apa yang dimaksud gadis itu, Hee Chul tidak tahu. Yang penting sekarang Kim Hee Chul akan menghabiskan makanannya, lalu mulai kembali pada rutinitas biasanya. Bermain game sementara Rae Hee mengerjakan semua tugas-tugas kuliahnya.

 

====

 

Seongdong Office, Jungnang-gu, Seoul.

March 8th, 2013

 

Kim Hee Chul mengangguk saat PD-nim sudah mengkodekan padanya untuk segera masuk ke studio. Dia masih saja bermain gelisah dengan Samsung Galaxy miliknya. Antara menekan sebuah tombol atau tidak.

 

Berkali-kali Hee Chul mengetikkan sesuatu, berkali-kali juga pria itu mendeletenya. Sampai akhirnya Hee Chul menyerah dan menclose aplikasi pesan di ponsel tersebut, lalu melangkah memasuki studio.

 

Hee Chul duduk, yang langsung membuat beberapa staf di balik kaca tertawa ketika Hee Chul dengan susah payah memakai topi berwarna biru muda di kepalanya. Topi itu begitu lucu jika disandingkan dengan Hee Chul yang sudah ‘berumur’. Mana ada, seorang pria berumur 29 tahun, memakai topi berbentuk landak yang lucu??

 

Oh tentu saja! Kim Hee Chul telah menjadi orang tersebut. Tidak aneh sih, malah lucu dan menggemaskan. Wajah Kim Hee Chul yang tampan, cantik sekaligus cute mendukung sang topi. Dan Hee Chul tahu kalau Rae Hee akan menjerit kegirangan. Karena topinya lucu, bukan karena Hee Chul yang mengenakan topi tersebut.

 

“Kembali lagi bersama DJ Sungdong Café di hari ini, Jumat tanggal 8 Maret 2013, Kim Hee Chul.” Musik dikencangkan sebentar sementara Hee Chul kembali membenarkan topinya yang dirasa memang belum nyaman.

 

“Aku tidak banyak memiliki topi, tapi topi yang satu ini merupakan favoritku. Dan, ah ya! Aku tidak sadar jika aku sudah debut selama delapan tahun sampai aku berada disini. Kalau begitu, minggu depan akan menjadi Sungdong Cafe khusus Kim Hee Chul.”

 

Hee Chul kemudian melihat layar di sebelah kanannya dan terkekeh kecil, “Kim Hae Chul?” ucapnya sendiri. Lalu Hee Chul menghadap kamera di depannya dan memperkenalkan diri lagi dengan cute. “Halo, ini DJ Sungdong Café, Kim Hae Chul.” Dan Hee Chul tertawa. Seorang penggemar dari Argentina mengiriminya pesan, tapi salah menuliskan namanya.

 

“Ah~ pendengar sekalian, hari ini adalah Hari Perempuan Internasional. Sudahkah kalian mengucapkan ‘I Love You’ kepada ibu, saudara, dan istri-istri kalian? Itu akan bagus jika dikatakan hari ini.”

 

Hee Chul kembali melihat-lihat pesan yang masuk di layar saat ponselnya bergetar.  Dari Rae Hee.

 

Hee Chul tahu, aktivitasnya yang kerap kali mengecek ponsel setiap siaran telah membuat beberapa penggemarnya bertanya, lucunya, pertanyaan itu diajukan kepada Rae Hee. Sebenarnya yang bertanya kenapa dia selalu mengecek ponselnya seperti itu adalah seorang reader Rae Hee, dan agaknya dimaksudkan sebagai candaan tanpa orang itu tahu bahwa sebenarnya yang bersangkutan bertanya pada orang yang tepat.

 

Rae Hee selalu menjawab dengan tawa dan juga nada bercanda, bahwa Kim Hee Chul sedang berkirim pesan dengan Choi Rae Hee.

 

Lucu, mengingat bagaimana Rae Hee mampu berbaur. Tapi justru itulah yang membuat Hee Chul khawatir. Rae Hee tidak bisa terus-menerus terjebak di dalam dua kepribadian, dan bermain dii antara fiktif dan kenyataan. Gadis itu harus tetap terlindungi, bagaimanapun caranya.

 

Siaran itu seperti biasa diisi dengan ocehan Kim Hee Chul yang terkenal cerewet, membahas apapun. Mulai dari waktu debut, rambut yang rontok, melihat hoobae yang mulai mencat rambut mereka dengan warna-warni, tentang wanita dan minuman beralkohol. Apapun. Apapun dibahas oleh Hee Chul, diselingi dengan tangannya yang bolak-balik mengecek ponsel sementara lagu-lagu diputar.

 

Kim Hee Chul menatap lurus ke arah seseorang di samping kamera, bertanya pada PD-nim. “Jika aku mempunyai anak sementara aku dalam militer, akankah aku mendapatkan istirahat dari layanan?” Tanya Hee Chul polos. Dan Hee Chul tahu kalau Rae Hee akan merespon ucapannya kali ini sebertemunya mereka. Atau kalau Hee Chul tidak cukup beruntung, Rae Hee akan benar-benar tidak menyinggung keinginannya ini sama sekali. Kebanyakan yang terjadi seperti itu sih. Tapi kemudian Hee Chul langsung teringat sesuatu. “Oh tunggu! Walaupun aku telah melakukan ehem.. sesuatu, ehem.” Hee Chul pura-pura terbatuk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah. Tahu kalau jika bertemu dengan Rae Hee, gadis itu pasti akan menghabisinya. “Aku tidak akan bisa punya anak dalam waktu lima bulan! Sialan!” lanjutnya lagi, langsung meraih ponsel dan menerima telepon. Bahkan orang-orang kantor yang tertawa karena menyaksikan Hee Chul pun tahu kalau Hee Chul tidak menerima telepon satupun.

 

Hanya saja ada satu pesan yang masuk.

 

Mati kau Kim Hee Chul!

 

Hee Chul ingin tertawa membayangkan betapa merahnya wajah Rae Hee sekarang. Lagipula, dirinya tidak sejahat dan secabul itu pada Rae Hee. Gadis itu masih dibawah umur, dan memang benar kalau dirinya menginginkan anak, yang sayangnya tanpa menikah. Dan itu artinya, anak tersebut bukan dari Rae Hee-nya.

 

Hee Chul paham itu.

 

Gejolak perasaannya selalu berubah mendung dan tidak enak jika mengingat bahwa pada akhirnya, di ujung kisah mereka berdua, mereka akan hidup masing-masing.

 

Hee Chul membaca sebuah pesan yang masuk ke Sungdong, setidaknya bisa mengalihkan pikirannya. “Oppa, apa yang akan kau lakukan jika kau tidak terlihat? Pergi ke kamar mandi wanita?”

 

Hee Chul tertawa saat membaca pesan tersebut, dia lalu menatap kamera dan menjawab, “Kau melihatku terlalu polos. Jika aku bisa menghilang, aku akan pergi untuk membantu orang-orang di seluruh dunia! Itu adalah mimpi beberapa anak SD.”

 

Sayangnya, pengalihan perhatian dari perasaan gundahnya ketika memikirkan Rae Hee tadi, kembali menghinggapinya, karena sang objek yang dipikirkan, mengiriminya pesan. Dan ini terkesan serius.

 

Kita harus bicara.

SMS 

****

 

Rae Hee’s Apartemen.

 

Rae Hee menggigiti kukunya sampai habis. Yang tadinya berujung panjang, kini benar-benar rata. Tak ada lagi kuku-kuku runcing –yang sebenarnya lebih melukai dirinya sendiri- karena dirinya gelisah menunggu seseorang.

 

Tidak. Sebenarnya gelisahnya Rae Hee bukan karena menunggu seseorang. Tapi karena topik yang akan dia bahas bersama dengan orang yang dia tunggu.

 

Topik ini selalu Rae Hee hindari dengan tidak menyinggungnya sama sekali, tapi kali ini sepertinya Kim Hee Chul memang serius. Oh baiklah! Rae Hee tahu kalau selama ini Hee Chul serius, dan yang ingin Rae Hee coba sampaikan adalah… pendapatnya tentang keinginan Hee Chul tersebut.

 

Lalu Rae Hee berdiri saat dirinya mendengar seseorang membuka pintu. Itu Kim Hee Chul. Dengan topi karakter kartun berbentuk landak bertengger di kepalanya. Kalau perasaan Rae Hee tidak canggung, pasti Rae Hee akan merebut topi itu dari Hee Chul.

 

“Kau kesini dengan menggunakan itu?” Tanya Rae Hee, agak khawatir sebenarnya. Karena, siapapun yang menonton Sungdong hari ini akan tahu siapa pemilik topi tersebut.

 

“Tidak. Baru kupasang di dalam lift.” Hee Chul mengganti sepatunya dengan sandal rumah, lantas masuk menuju dapur begitu saja. “Kau tidak masak? Aku lapar sebenarnya.”

 

“Pesan saja, aku agak lelah hari ini. Kau mau apa?” Rae Hee meraih ponselnya, mencari kontak restauran keluarga yang biasa dia hubungi ketika dia tidak memasak.

 

“Aku mau ddeokboki, kimchi, dan sop jamur,” jawab Hee Chul sambil menuangkan jus jeruk ke dalam gelas. Meneguknya hingga habis.

 

Hee Chul melangkah menuju sofa dan menyalakan televisi sementara Rae Hee menelepon. Ketika Rae Hee sudah selesai, gadis itu menghampiri Hee Chul dan duduk di sebelah kanannya.

 

“Hee Chul-ssi….” Panggil Rae Hee serius. Hee Chul gelisah, tanpa tahu juga kalau gadis disampingnya, merasakan hal yang sama.

 

Hee Chul bergumam, matanya tertuju menonton kartun yang tayang padahal dirinya sendiri tahu bahwa fokusnya tak kesana.

 

“Kau benar-benar ingin seorang anak?” Tanya Rae Hee yang membuat Hee Chul terbatuk. Hee Chul ingat ucapannya sendiri pada PD-nim tadi siang.

 

“Walaupun aku telah melakukan ‘sesuatu’, aku tidak akan mendapatkan anak dalam waktu lima bulan.”

 

“Haruskah kita membahasnya?” Tanya Hee Chul sambil meringis. Pria itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, hanya melirik sekilas ke arah Rae Hee yang juga nampak tidak nyaman.

 

“Sebenarnya aku lebih milih menghindar-”

 

“Kalau begitu tidak usah dibahas.”

 

“Tapi…” Rae Hee menekankan kata tersebut saat Hee Chul memotong ucapannya. “Aku harus melakukannya. Kita harus membahas ini.”

 

“Bagaimana caranya kita membahas ini dengan perasaan nyaman?”

 

“Tatap aku.”

 

Hee Chul menurut. Padahal lucu saja, bagaimana mereka bisa membahas sesuatu yang ‘intim’ dengan tatap-tatapan? Tapi melihat sorot mata Rae Hee yang serius, itu kemudian menular pada Hee Chul yang jarang membahas sesuatu yang memalukan dengan serius. Rae Hee benar-benar ingin membahasnya, dan Hee Chul tahu kalau dirinya juga harus ikut berdiskusi.

 

“Aku tahu perbedaan usia di antara kita jauh sekali. Sepuluh tahun bukanlah rentang yang pendek, meski kita juga tahu bahwa ada yang menikah dengan rentang lebih dari sepuluh tahun terhadap satu sama lain. Salah satu contohnya adalah Rokki oppa dan A-Rin eonnie yang menikah Desember lalu. Tapi masalahya bukan itu-”

 

Rae Hee menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan cepat. Seolah puas, padahal tidak, lebih kepada lelah.

 

“Masalahnya adalah, kau tidak ingin menikah sedangkan aku harus menikah. Yang artinya, kita berdua tahu bahwa suatu saat nanti, kita harus…” Rae Hee tersendat saat ingin mengucapkan kata itu. Dan bukan hanya Rae Hee yang merasakannya, Hee Chul juga. Karena keduanya sudah paham benar bagaimana rasanya… “Berpisah.”

 

Hancur. Tidak lagi merasa hidup. Karena keduanya adalah satu. Jika satu saja terpisah, artinya tak akan ada lagi UTUH. Dan keduanya pun juga tahu, bahwa  jalan pisah memang akan mereka ambil. Suatu saat nanti. Kelak. Yang pasti bukan sekarang, atau dalam waktu dekat.

 

Karena Rae Hee masih ingin kuliah dan bekerja. Karena gadis itu berencana menikah di usia dua puluh lima tahun. Yang artinya, masih ada waktu enam tahun bagi Hee Chul memiliki Rae Hee.

 

“Untuk merespon keinginanmu, jujur saja, aku keberatan dengan kau yang menginginkan seorang anak tanpa menikah. Aku tidak bermaksud mengatakan kau harus menikahiku jika kau menginginkan anak dariku, karena aku tahu itu tidak akan bisa. Aku hanya akan memberikan seorang anak, pada suamiku, melalui pernikahan yang sah, dan jelas sekali itu bukan kau.”

 

Tubuh Rae Hee memang menghadap ke arah Hee Chul, tapi mata gadis itu melihat kemanapun, tidak hanya terfokus pada Hee Chul. Rae Hee gelisah, dan kacau. Begitu juga dengan Hee Chul.

 

Siapa yang tidak akan terguncang dan tetap baik-baik saja ketika kau menjalani sebuah hubungan, dan tahu bahwa hubungan tersebut akan berakhir nanti?

 

Setiap hubungan memang memiliki ujung, tapi ujung yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Tapi lain ceritanya dengan keadaannya dan Rae Hee sekarang. Ujung dari kisah dan hubungan mereka bahkan sudah direncanakan.

 

Direncanakan untuk berpisah.

 

Siapa yang akan tetap merasa baik-baik saja?

 

Seperti kau mengetahui bahwa kau hanya dapat hidup hingga lima hari lagi, setelah itu kau mati. Bagaimana kau bisa menjalani hidup dengan tenang dan tetap baik-baik saja?

 

Yang parahnya adalah, Hee Chul tahu bahwa Rae Hee benar.

 

 

Rae Hee berpikir, sebenarnya, jalan keluarnya mudah, cukup dengan Hee Chul berkeinginan untuk menikah. Tapi entah kenapa, entah alasan apa yang membuat seorang Kim Hee Chul tidak ingin menikah.

 

Hee Chul sebenarnya tidak berpikir dengan sangat dalam mengenai hubungan percintaannya. Hubungan percintaannya jarang yang berjalan mulus sebelum dirinya bertemu dengan Rae Hee. Terlalu banyak kekecewaan dan sakit hati yang dia berikan kepada kekasihnya. Sikap, sifat, dan kepribadian Hee Chul membuat kekasihnya mengeluh dan sedih, yang pada akhirnya berujung pada putusnya hubungan mereka karena tidak tahan (ini adalah alasan lain dari putusnya hubungan dirinya selain alasan dimana dia melindungi kekasihnya dari media). Lalu dia mulai sedih dan menyesal.

 

Menyesal mungkin tidak banyak, hanya sedih dan selalu berusaha berpikir bagaimana dirinya bisa menjadi kekasih yang lebih baik. Tapi, hal itu terjadi berulang kali.

 

Sampai kemudian dia bertemu dengan Rae Hee. Entah dirinya yang sudah berubah, entah memang Rae Hee adalah sosok kekasih yang luar biasa untuknya, Hee Chul tidak tahu.

 

Hee Chul cukup sadar diri dengan  mengetahui bahwa tak jarang Rae Hee merasakan kecewa, sakit hati, dan lelah untuk menanggapinya, tapi entah kenapa, Rae Hee tidak pernah meminta pisah dari dirinya. Bahkan karena saking takutnya Hee Chul dibenci oleh Rae Hee karena perlakuan dirinya pada gadis itu, dirinya yang mencoba ‘mengusir’ Rae Hee pergi agar gadis itu bisa bebas, yang sayangnya, berdampak pada kehancuran keduanya. Dan Hee Chul bersumpah kalau dirinya tidak akan mengulangi hal itu lagi kecuali memang jika Rae Hee yang menginginkan untuk pergi karena tidak sanggup.

 

Hee Chul memaklumi alasan itu, karena dirinya sudah biasa ditinggal kekasih dengan alasan yang sama. Tidak sanggup.

 

Sejauh ini, Rae Hee terlihat ‘baik-baik saja’ bersamanya. Lalu, pembicaraan mereka mengarah kepada rencana perpisahan. Akankah semuanya baik-baik saja? Menjalani kebersamaan mereka dan tahu bahwa suatu saat mereka HARUS berpisah?

 

Hee Chul sudah sering memikirkan hal ini, dan Hee Chul bertaruh kalau Rae Hee juga memikirkan hal yang sama. Tapi mereka tidak pernah merealisasikannya dalam sebuah topik diskusi yang sebenarnya memang sangat penting untuk dibahas.

 

Hee Chul mengecilkan volume televisi dan meletakkan remot di atas meja, lantas menyandarkan tubuhnya sendiri dengan kesan… lelah.

 

“Aku minta maaf, tapi, budaya dan prinsip kita berbeda. Aku tidak bisa tidak menikah, dan kau tidak bisa menikah.” Rae Hee mendesah lagi tapi kemudian dia meraih tangan Hee Chul, membuat sang kekasih kembali menatapnya.

 

“Walaupun pada akhirnya kita akan menempuh jalan yang berbeda, aku ingin mengatakan ini padamu. Jauh dari dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku begitu sedih mendengar keinginanmu yang ingin seorang anak tanpa menikah. Aku sedih karena aku tahu bahwa aku tidak bisa mengabulkannya. Dan yang lebih sedih lagi adalah karena kau memikirkan keinginanmu itu.”

 

“Hee Chul-ssi, bahkan kau sendiri juga sadar bahwa memiliki seorang anak tanpa menikah itu tidak mungin. Sebenarnya hal itu adalah mungkin, tapi yang menjadi kekhawatiran dan kesedihanku adalah, apakah kau memikrikan kondisi anakmu kelak? Jika ada seorang wanita yang mengikhlaskan dan tidak mempermasalahkan jika rahimnya di tanam benih olehmu tanpa adanya ikatan pernikahan, masalahmu telah selesai kan? Masalahmu selesai saat itu. Tapi kau tidak menyadari masalah lain yang akan muncul.”

 

“Maksudmu?” Tanya Hee Chul dengan pelan. Rasanya… rasanya… entahlah. Hee Chul tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang ini. Mendengarkan Rae Hee berbicara tentang kehidupan, masa depan, seorang anak, pernikahan, rasanya seperti Rae Hee sudah siap untuk menempuh kehidupan yang lebih matang. Terlihat Rae Hee begitu dewasa, sedangkan gadis itu baru berusia sembilan tahun. Demi Tuhan! Sembilan belas tahun!

 

Rae Hee tersenyum lirih, mengelus dengan tidak beraturan tangan Hee Chul yang digenggamnya. Gelisah, tapi merasa harus mengutarakannya. “Kau orang cerdas, dan ku jamin kalau kau pasti tahu. Tapi sayangnya, kau mungkin tidak mau memahami bahwa dunia bisa menjadi tempat yang kejam dan sungguh tak bersahabat bagi anak-anak tak berdosa yang lahir di luar pernikahan. Apa kau sanggup membiarkan anakmu tumbuh di kehidupan sesulit itu?”

 

Astaga! Apakah tadi Hee Chul baru saja menyebut Tuhan? Karena rasanya dirinya sudah akan mengumamkan nama itu lagi di dalam hatinya. Mungkin karena terlalu sering mendengar Rae Hee dan member lain bergumam kata itu?

 

Tidak buruk kok. Rasanya menyenangkan.

 

Jadi boleh kan dia mengutarakannya lagi?

 

Demi Tuhan! Apa yang baru saja diucapkan Rae Hee? Apakah yang mengatakan itu adalah seorang gadis berusia sembilan belas tahun yang menjadi kekasihnya? Yang kelak tidak bisa dia miliki seutuhnya? Apakah yang baru saja mengutarakan hal itu adalah gadis manis yang selalu bertingkah manja dan kekanakan, dihadapannya? Karena hal yang baru saja Rae Hee utarakan adalah pemikiran yang jernih dan jauh ke depan.

 

Kemudian Hee Chul tahu satu hal. Alasan kenapa Rae Hee harus menikah, bukan hanya karena masalah budaya dan prinsip. Tapi gadis itu mencintai anaknya kelak. Rae Hee tidak mau anaknya tertekan mentalnya selama hidup karena lahir bukan dari ikatan pernikahan. Hal yang selama ini dengan egoisnya tidak dipikirkan oleh dirinya.

 

“Keinginanmu akan terwujud ketika ada seorang wanita yang setuju untuk melahirkan anakmu tanpa kau perlu berkewajiban menikahinya. Lalu ketika anakmu lahir, kau mungkin merasa bahwa kau mampu melindunginya, bahwa kau bisa menjaganya dari segala macam cacian dan hinaan orang-orang. Tapi hal yang kau lakukan adalah hanya perlindungan secara fisik. Kau tidak mampu melindungi anakmu dari gejolak batin yang anakmu sendiri rasakan. Kau tidak bisa melindungi anakmu dari setiap rasa penyesalan, pertanyaan, kesedihan, dan keterpurukkan yang dirasakan oleh anakmu sendiri. Karena hal itu sudah tidak bisa lagi kau jangkau. Lalu, bagaimana kau akan menyembuhkan anakmu jika anakmu tersebut sudah terluka? Lalu, bagaimana kau bisa melakukan peranmu sebagai seorang ayah yang berjanji untuk melindungi anaknya sedangkan kau tidak bisa menjangkau sumber permasalahan yang ada? Apakah kau berpikir sejauh itu?”

 

Hee Chul membuang mukanya, menatap arah lain saat melihat Rae Hee menangis. Gadis itu menangis untuk apa yang tidak akan pernah gadis itu lakukan. Rae Hee hanya membayangkan betapa menderitanya anaknya kelak jika dirinya masih menginginkan seorang anak tanpa keharusan menikah, dan gadis itu menangis. Seolah Rae Hee adalah seorang ibu yang tersakiti karena tidak bisa menolong anak kandungnya sendiri.

 

“Kau, atau wanita yang bersedia melahirkan untukmu tanpa harus menikah mungkin tidak merasa keberatan, dan santai saja. Tapi menjadi orangtua adalah bukan tentang dirimu sendiri. Kau tidak bisa egois dengan menolak menikah karena dirimu sendiri. Menjadi orangtua adalah melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya, mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anaknya. Dan sikapmu yang seperti ini, dengan jujur kukatakan, aku sedih. Kau masih egois, bagaimana kau bisa menjadi orangtua jika kau hanya memikirkan keinginanmu sendiri?”

 

Dua kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Rae Hee membuat Hee Chul dengan segera menoleh ke arah gadis itu. Ke arah gadis yang menatapnya dalam. Dengan perasaan serius dan penuh permintaan. Rae Hee meminta bahwa Hee Chul mengerti.

 

Seorang Kim Hee Chul harus mengerti.

 

Bahwa menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah. Pertama, seorang orangtua harus mengutamakan kebahagiaan, kepentingan, dan kebaikan anaknya, meski itu artinya mengorbankan dirinya sendiri.

 

Dan Hee Chul tertegun, bahwa Rae Hee ternyata memang lebih memahami dirinya, bahkan dari dirinya sendiri.

 

Kim Hee Chul menginginkan seorang anak tanpa dirinya harus menikah karena dia ingin tetap menjadi jiwa yang bebas, menerima banyak cinta dari jutaan penggemarnya. Yang sebenarnya adalah karena dirinya belum pantas menjadi seorang ayah.

 

“Kau ingin tetap bebas, dan menerima banyak cinta. Kau tidak akan menikah juga karena kau tidak ingin kehilangan penggemarmu, atau juga karena kau tidak ingin penggemarmu merasakan patah hati.” Rae Hee menangkupkan kedua tangannya di wajah Hee Chul yang sudah memerah, mata pria itu pun sudah berkaca-kaca.

 

“Hee Chul-ssi, kau menginginkan hal ini karena kau memikirkan perasaan penggemarmu. Tapi, jika para penggemarmu adalah penggemar yang setia dan tulus mencintaimu, mereka justru akan menentang keinginanmu ini. Jika para penggemarmu adalah penggemar yang baik dengan mengharapkan kau akan menjadi seorang ayah yang baik, mereka akan menyuruhmu menikah dan memiliki anak yang resmi. Jika para penggemarmu memiliki hati yang baik dan penuh pengertian, mereka akan tetap memberikanmu cinta, untuk mendukungmu menjadi orangtua yang bertanggung jawab. Hanya itu yang bisa kukatakan.”

 

Hee Chul masih tidak bisa mengeluarkan suara apapun. Adakah, adakah seseorang seperti Rae Hee lagi di luar sana? Karena sesungguhnya, Kim Hee Chul begitu mencintai sosok ini. Dan jika suatu saat mereka memang benar berpisah, Hee Chul tidak tahu, apakah ada seseorang yang mempunyai sifat, kepribadian, pemikiran seperti sosok dihadapannya ini?

 

Adakah seseorang di luar sana, yang mampu memisahkan antara perasaan dan logika, seperti sosok di hadapannya ini?

 

Dan yang paling penting, adakah seseorang di luar sana, yang memiliki cinta untuknya, sebesar cinta yang diberikan Choi Rae Hee, untuknya? Untuk Kim Hee Chul?

 

Hee Chul tidak tahu. Yang jelas, saat ini, detik ini, dia sudah memilikinya. Memikirkan hal lain lagi, rasanya sudah tidak sanggup.

 

Hal itu membuat Hee Chul meraih gadisnya ke dalam sebuah pelukan hangat dan sangat erat. Seolah tidak ingin dipisahkan.

 

 

TO BE CONTINUED

63 pemikiran pada “HEE SERIES :: sHEEcret – Part 1 [The Simple Thing?]

  1. hweeeeeeeeeeeeeeeee oppa kau harus menikah agar anakmu kelak tidak merasa berbeda dan tidak merasa terluka, eoni keren akhirnya rasa rinduku terobati dengan membaca HEE seariesmu lagi

  2. Demi Tuhan !!!!
    #gebrak meja ala arya wiguna

    ini tidak hanya sekedar fanfiction yang mengandung kecintaan terhadap idolanya tapi juga banyak mengandung dedikasi umum untuk para readers,
    kenapa eonni disini begitu menjiwai dan seperti nyata mengenal sosok kim hee chul ??

    Penjelasan yang terlontar dri rae hee untuk kim hee chul sangat panjang lebar, menakjubkan dan terlihat tidak ada pemaksaan kalimat dan unsur alay, lebay melambai lambai
    #jujur ini

    bahkan saya bisa mengambil sisi positif dri FF ini, bahwa keegoisan tidak akan bisa menutupi kemungkinan” buruk yang akan terjadi stelahnya 🙂

    choi rae hee :*

    • BUAHAHAHAHAH gak anarkis kek Arya Wiguna juga kaleeeeeeeeeee ==”

      aku memang mendedikasikan tulisanku untuk Heechul, dan mendedikasikan bllog ini untuk readerku.. mereka berdua adalah segalanyya :’)

      buahahaha, kalo aku gak menjiwai, kalian gak akan terpengaruh sama HEE Series kan? klo aku gak menjiwai, kalian gak bakal bingung ini nyata or fiksi kan?? ahhahahaha

      jangan egois, itu aja ^^

      makasiih udah mau mampir yaah 🙂

  3. Oh My God.
    😥

    Speechless
    *bener gak tulisan nya
    Raehee daebakk, bisa buat Kim Hee Chul yg ga kenal Tuhan jadi mengingat nya.
    Membuat Kim Hee chul yg tidak ingin menikah, menjadi memikirkan masa depan anak2 nya kelak.
    Daebakk

    Ny. HEE
    Salanghaeee :*

    • bener kok say >,<

      buahahha, Ichul kan waktu wamil ikut pendalaman agama macem-macem ==" lagian si Ichul cuma nyebut doang. gak tau deh tuh makhluk udah percaya Tuhan or belom :p

      saranghaeeeeeeeeeeeeeee :*

      makasiih udah mampir yah say ^^

  4. akhirnyaaaaaa..,,,,…….
    muncul jga klajutan hee series. sumpah ni ff kyak nyata, bc nie ff q g bsa bdain nie kyataan pha karangan. lw kyataan jga g pa2. eon bnr2 daebak 10 jempol bwat eon.
    oh ya lw bsa part slanjutx update asap ……….
    eonni faighting……………

    • BUAHAHHAHAHHAHA
      kalo kenyataan juga gapapa?? kamu sih ngerestuin, nah yang lain gimana?? bisa-bisa aku diamuk masa ==”

      *digeplak*

      mimpiku gak akan ketinggian kok, cuma mimpi yang paling tinggi ajah :p

      ini campuran, kan udah dijelasin di atas… tadinya ini diari, tentang perasaan dan pemikiran aku atas ulah Heechul, terus kemudian aku kembangin jadi FF :p

      makasiih udah mau mampir yaaah ^^

  5. #HEEisBack 😀
    selalu suka suka suka ff mu…
    Aq berharap ada ‘seseorang’ d luar sana yg mengatakan hal serupa kpd heechul oppa,,,tentang pernikahan dan anak.

    • ihihihi, i’m so sorry…

      karena kalau Ichul udah keluar wamil, aku gak bisa handle tingkah dia di ‘luar’ untuk tetap di dalam FF.. mianhae >,<

  6. Sedih,bahagia,terharu,putus asa.Entah apa yang harus Kim Hee Chul perbuat,mengingat kata demi kata yang Rae Hee katakan,itu bener2 ‘MENAMPAR’ hati.

    Hee_ya,aku bener2 setuju + salut buat perkataan mu :).
    I like this,semangat buat kelanjutannya 😉

    • abisnya aku sebeeeeeeeeeeeel sama Ichul ==”
      mentang-mentang dia diktator, emangnay semua yang dia mau harus dia miliki apah?? dia gak mikir panjang kali yaaaah? kudu di permak tuh otak!

      sebel deh punya laki kok kek gitu *diinjek

      tapi aku teteeeeeeeeeeeeeuuuupp cinta matii sama tuh namja cantik >,<

      makasiih udah mau mampir yaaah ^^

    • *nyengir*

      ini unek-unek aku sama ucapannya si babo ichul itu ==” kapan dia BISA SADAAAAAAAAAAAAR?? bahwa apa yang dia mau gak semuanya bisa dia miliki >,<

      makasiih udah mau mampir yaaah ^^

  7. Setuju banget!
    Apa Heechul ga mikir sampe situ ya?? *garuk2 kepala*
    Hhh kasian anak nya nanti dong..
    Semoga aja Heechul ngerubah persepsi nya yah..
    Ditunggu part selanjutnya thor^^

    • GEMEEEEEEEEEEEEEEEEEEES SAMA ICHUUUUUUUUUUUUUL pokoknya!!! >,<
      kalo ku kenal banget sama dia, dan deket kek ggitu, aku udah ubek-ubek mukanya biar gak cantik lagi =="

      makasiih udah mau mampir yaaah ^^

  8. HEE SERIES.

    Kau hebat eonni, kau bisa memahami seorang Kim Hee Chul dengan dalam seolah-olah kau telah mengenal dirinya sudah begitu lama. Satu hal lagi yang benar-benar membuatku takjub adalah tulisan mu yang membuatku tiba-tiba berfikir kedepan juga. Kadang keegoisan itu ada baiknya dan ada buruknya juga 🙂

    • aku memang sudah lama mengenalnya.. wakakakka akhir juli 2011, bisa dibilang lama gak?? :p
      keegoisan itu gak pernah ada baiknya, sayang 🙂

      makasiih udah mau baca + komentar yaa ^^

  9. Apalagi Ɣªήğ bisa kukatakan semuanya dah terwakili oleh komen2 sebelumnya 🙂
    KAU HEBAT
    Dari αωαl baca HEESeries ∂ķΰ pernah bilg khan kalo itu spt baca buku diarymu aka kehidupan nyatamu
    SALUT

    • buahahahha
      emang sebenernya kan diari eon :p cuma dikembangin ke FF (jujur loh)
      semua tentang pemikiran dan perasaan aku atas ulah heechul gila itu ==”

      makasiih eonnie udah mau mampir apalagi dengan menyempatkan diri ngisi kolom komen :’)

  10. Kadang ketika aku membaca ulang semua HeeSeries ada sedikit rasa sakit, well kita ini peri dan apakah sang peri bisa berharap lebih? Bolehkah peri ini meminta keegoisan sedikit untuk hidup’y? Bolehkan Rae hee dan Hee chul menjain orang egois?

    #maaf gw malah curhat# Peri ya Peri, cap cuss

  11. rae hee bijak dewasa bangeeeeeeet !!! dasar heechul oppa payah bisa kalah sama perempuan 19th mwehehehe . just get married and given’ me a lovely nephew x)

  12. Oh mai God!!!
    Finally HEEisback..

    Gak tau mau ngomong apa..
    Speechless bener2 speechless..

    Kata2nya bener,, aahhh gak tau mau ngomongnya apa,, yg jelas KEREN BANGET..

  13. kyaknya heechul oppa ada pmikiran mau nikah, emang raehee daebak deh 🙂
    hwaiting eon buat hee series

  14. Hwaaa
    T.T
    Gak kebayang kalo anak2 dengan keasaan gitu di bully sama lingkungan sekitar nya.

    Ditunggu next chapter nya eon
    *hwaiting.!

  15. hanyut sedalam-dalamnya eonnie
    kayak kisah nyata.
    dan semua itu untuk KIM HEE CHUL

    DAEBAKKKKKK:D

    • secara teori sih emang gitu eon.. tapi kalo dihadapin sama kenyataan??
      yeah,, kadang manusia bisa berubah *digeplak

      tapi emang lah, sebel sama ichul yang bilang pengen anak tanpa nikah. tuh orang udah sarap kali yeee?? o.o

      mending aku yang jadi saksi pernikahan dia daripada harus tahu dia gak mau nikah tapi pengen anak ==”

  16. Saeng,kagak sengaja mampir ternyata dah ada HEEseries yg baru.pasti asing kn ma id q,dlu id q *miss k*.hehehe

    Suka deh ama karakter rae hee,dia bisa ngimbangin hee chul.biarpun umurnya masih muda.

  17. kata” dlm cerita ini agak menusuk hati qu 😦
    cz sifat dan keinginan qu tidak beda jauh bahkan
    hampir sama dg karakter heechul oppa

  18. Gue jadi ikutan tegang x)
    gw jg slalu berharap heenim dpt segera nikah, andai aja kalo ga ada kontrak segala macem. Kkkk

  19. menhentikan hee series? aisssh… wae? ><
    apakah pada akhirnya menjalani jalan masing" adalah keputusan yg terbaik? Memang pemikirannya tentang punya anak tanpa menikah adalah hal yg tidak logis, kecuali dia mau adopsi anak dr panti asuhan dan membesarkannya seperti anaknya sendiri -_-

  20. Apa yg dikatakan rae hee semoga bisa membuka mata heechul dari keegoisanya…
    Anak diluar nikah adalah beban yg berat bagi sang anak dan dia merasa akan kekurangan kasih sayang keluarga… Caci maki dan mental akan dirasakan sang anak kelak..

Tinggalkan komentar