NOBLESSE OBLIGE – Prolog


noblesse oblige 

Moriguchi, Osaka, Japan.

 

Scene 1

 

Seorang pria muda, enam tahun, turun dari sebuah limosin yang menjemputnya dan sang ibu dari tempat tinggal tak layak mereka, dengan kikuk. Di pelukkannya ada sebuah robot kecil Kamen Rider Kabuto  berwarna merah-hitam-silver. Tangan kanannya yang bebas, digenggam erat oleh sang ibu.

 

“Saito-kun, mulai sekarang kita akan tinggal disini. Kau memiliki otou-san [ayah, formal] dan onii-san [kakak laki-laki, formal] disini. Ini sekarang menjadi rumahmu.”

 

Saito berkedip, melihat rumah sebesar istana dibelakang ibunya, lalu melihat ke arah ibunya. “Apakah Tomohiro-sama [sama : lebih formal dari san] menyukaiku?”

 

“Tentu, karena beliau adalah ayahmu.” Wanita bernama Misaki itu mengelus kepala Saito dengan sayang. Sekali lagi, Saito melihat ke arah rumah dibelakang Misaki, lalu kembali lagi melihat ke arah sang ibu.

 

“Apakah onii-san menyukaiku?”

 

Kali ini Saito terdiam sesaat, tapi bibirnya tak pernah memudarkan senyuman. Dengan satu tarikkan napas, Misaki mengangguk. “Onii-san akan menyukaimu.”

 

Okaa-san berjanji?”

 

“Janji.” Misaki mengulurkan jari kelingkingnya kehadapan Saito, lalu, anak muda itu ikut menautkan jari kelingkingnya sendiri di jari sang ibu, tersenyum lebar.

~~~0000~~~

Scene 2

 

Seorang pria muda, tujuh tahun, mengenakan setelan kelas atas; jas hitam yang menyembunyikan kemeja putih lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam di lehernya, menatap seorang wanita -yang dia duga hampir sebaya dengan mendiang ibunya- dengan tatapan aneh.

 

Wanita itu berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan pria muda itu, tersenyum lembut.

 

Pria muda itu menatap tangannya sendiri yang sedang digenggam oleh sang wanita, lalu kemudian menghentakkannya.

 

Watashi-wa… anata o nikumu.” [Saya… membenci Anda]

 

Mata wanita itu terbelalak kaget, tak terarah kemana pun meski sang pria muda sudah berlari menaiki tangga besar berbentuk spiral. Seorang pelayan menyusul sang pria muda dengan langkah cepat, dan bunyi bedebam pintu, terdengar bergema ke seluruh mansion.

 

Wanita itu berbalik, berjalan ke luar, mencari seseorang.

 

“Saito-kun. Saito-kun.”

 

Lalu, kepala keluarga Tomohiro, yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya, berjalan menghampirinya, memeluknya dengan hangat.

 

~~~0000~~~

 

Gangkyung, Nonsan, South Korea

 

Scene 3

 

Seorang pria, dengan jas cokelat mudanya, dengan rambut klimis yang disisir rapi, menatap sebuah rumah dari dalam mobil dengan pandangan dingin. Demi harta waris, pria itu sedang menyaksikan pembantaian keluarga kakaknya sendiri tanpa perasaan.

 

“Di dunia ini, satu-satunya orang yang sangat ingin kusingkirkan adalah kau, Hyung. Keinginanku sangat besar, sama besarnya dengan keinginanmu yang ingin mengeluarkan aku dari istana keluarga Cavendish. Meski aku hanyalah seorang anak yang dipungut, aku selalu ada di sisi keluarga, di sisi ayah, berjuang dari nol untuk dapat diakui. Tapi kau berniat menghancurkannya. Dan aku membencimu.”

 

Dari kejauhan, seorang pria dengan pakaian serba hitam, menghampiri mobil Kim Jong Kook dengan tergesa. Pria itu membuka kaca, tanpa berkeharusan menggerakkan kepalanya, Jong Kook mendengarkan.

 

“Kami tidak menemukan bayinya dimanapun.”

 

Jong Kook mengeluarkan sebelah tangannya, menarik kerah pria itu hingga hanya kepala sang pria saja-lah yang berhasil masuk dengan paksa ke dalam mobil, meringis. “Perintahku jelas. Habisi mereka semua.”

 

“B-baik!”

 

Setelah Jong Kook melepaskan genggamannya, pria itu kembali lagi, nampaknya berusaha lebih keras.

 

“Gwang Soo.”

 

“Ya, Tuan.”

 

“Kalau sudah selesai, jangan tinggalkan saksi. Tidak ada yang boleh mengetahui bahwa aku dibalik semua ini.” Jong Kook kembali menatap rumah itu. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi disana.

 

~~~0000~~~

 

Scene 4

 

Seorang pria muda, sembilan tahun, menatap sendu jalanan di hadapannya. Diculik dan dijual secara ilegal ke negara asing tiga tahun yang lalu, selama dua tahun hidup dalam paksaan dan kerasnya kehidupan, berhasil meloloskan diri dan bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain selama nyaris satu tahun.

 

Pria muda itu meletakkan tangan kanannya di atas perut, berjalan agak membungkuk. Karena tidak punya tempat tinggal yang tetap, dia kelaparan. Ditambah tubuhnya memar penuh luka, akibat dirinya yang mencuri sebuah apel di pasar tadi pagi. Bersyukur bisa lolos saat dalam perjalanan menuju kantor polisi. Tapi pria muda itu tidak punya kekuatan lagi untuk berjalan.

 

Terbaring di persimpangan trotoar dan sebuah gang. Kerasnya aspal, dinginnya angin yang berhembus dini hari, dan perutnya yang kosong. Kepalanya pening, tubuhnya penuh rasa ngilu. Sosok itu nyaris saja kehilangan kesadaran saat akhirnya mendengar sesuatu.

 

Suara tangisan.

 

Tangisan seorang bayi.

 

Dengan sisa kekuatannya, pria muda itu merangkak masuk semakin dalam, menghampiri sumber suara itu, dan menemukannya.

 

Dia mengernyit memandang benda besar dihadapannya. Sebuah tempat sampah, tapi pria muda itu yakin kalau suara tangisan itu berasal dari sana. Lalu dia mencoba berdiri, dan menemukan sebuah kardus, membukanya perlahan, dan terjatuh begitu saja.

 

Tangan pria muda itu gemetar, merangkak mundur hingga punggungnya menyentuh dinding dibelakangnya, matanya terbuka syok. Itu tidak mungkin seorang bayi.

 

Tapi tangisan yang semakin lama semakin kencang itu menggugah hatinya untuk berdiri, dan dengan keajaiban, pria muda itu mampu berdiri dengan tegak, berjalan kembali menghampiri tempat sampah tersebut. Dan dengan hati-hati, menggendong bayi perempuan yang mendadak berhenti menangis tersebut.

 

Pria muda tersebut tersenyum, dan sesuatu menelisik hatinya mana kala tangan mungil bayi itu menyentuh pipinya dan tertawa. Saat itu juga pria muda itu tahu satu hal, bahwa bayi dalam gendongannya adalah… cahayanya.

 

Pria muda itu tidak akan pernah sendirian lagi.

 

“Hai. Watashi-wa, Mizushima-desu. Mizushima Hiro.” [Namaku adalah Mizushima]

 

Mizushima tersenyum lebar saat bayi itu mulai menangis lagi. Seharusnya Mizushima panik, karena bisa saja orang-orang mendengarnya dan menemukan mereka di gang ini. Tapi Mizushima tidak merasakan takut ataupun panik. Mizushima merasa bahagia.

 

Ore-wa, anata o yobidashimasu… Nagita Hiro.” [Aku, akan memanggilmu… Nagita Hiro] Mizushima mengelus pipi bakpao bayi perempuan itu, bersamaan dengan tibanya seorang nenek di gang tersebut dengan napas yang tersengal.

 

“Nagi-chan, aku akan menjagamu.”

 

“Kembalikan cucuku, Nak!”

 

Dan suara itu membuat Mizushima terperanjat!

 

~~~0000~~~

 

Scene 5

 

Go Hyun Jung berlari sekuat tenaga dengan raut wajah pucat pasi. Putrinya, Kim Tae Hee, meneleponnya dengan suara yang nyaris hilang dan terputus-putus. Dari sederet kalimat yang tidak jelas diucapkan oleh Tae Hee, Hyun Jung menangkap beberapa kata yang pasti akan menjelaskan semuanya begitu dia tiba di rumah itu.

 

Pembunuh. Bayi.

 

Hyun Jung tidak pernah menduga bahwa ini akan terjadi. Dia memang sempat mencurigai bahwa suatu saat kehidupan rumah tangga putrinya dengan Choi Seung Won pasti akan terganggu karena masalah latar belakang Seung Won meski menantunya tersebut sudah meninggalkan segalanya demi Kim Tae Hee, tapi bukan yang seperti ini.

 

Hyun Jung sampai di rumah bercat kuning pucat tersebut, dan gemetar saat melihat keadaan halaman rumah yang berantakan. Dia maju selangkah demi selangkah, mengulurukan tangan untuk membuka pintu, dan saat pintu terbuka, cahaya yang menyilaukan menyambutnya.

 

Berasal dari pantulan lampu yang menyentuh kaca, tepat ke arah pintu. Hyun Jung mengerjap dan melangkah masuk dengan hati-hati. Jika Tae Hee mengatakan pembunuh, maka masih ada kemungkinan bahwa pembunuh masih ada di rumah ini, pikirnya.

 

Napas Hyun Jung tertahan, manakala dirinya melihat sepasang tangan yang terulur, di bawah lantai, terhalang oleh sebuah meja. Dengan takut dan was-was, juga penuh rasa khawatir, Hyun Jung mendekat.

 

Dan dia melihat menantunya terbaring tanpa nyawa. Dahi Seung Won mengeluarkan darah, bolong disana.

 

“Tidak! Tidak!” jerit wanita paruh baya itu, langsung berlari mencari putrinya, berharap tidak ada sesuatu yang parah terjadi.

 

Tapi sayangnya, begitu Hyun Jung memasuki kamar tempat dimana dia biasa melihat cucunya yang berusia enam bulan, dia menemukan Tae Hee telungkup di dekat ranjang kecil milik cucunya.

 

Kamar kecil itu menjadi saksi. Tentang kejadian apapun yang tak pernah diketahui Hyun Jung sebenarnya.

 

“Hee-ya!! Hee-ya!!” Hyun Jung mencoba membangunkan Tae Hee, meski tahu bahwa hal tersebut adalah sia-sia. Kim Tae Hee tak pernah terbangun lagi. Sosok itu tak pernah membuka matanya lagi. Dan Hyun Jung menjerit menyedihkan.

 

Berteriak, meraung, penuh kesakitan dan berurai air mata. Dalam pelukannya, putrinya, tanpa nyawa.

 

“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!”

 

Masih terisak, entah sudah berapa lama. Dan isakan itu langsung terhenti ketika Hyun Jung mendengar bunyi sesuatu di lantai bawah. Tubuhnya menegang, meletakkan kepala Tae Hee dalam pangkuannya kembali ke lantai dengan hati-hati. Hyun Jung mengusap wajahnya. Ada seseorang di bawah dan dia tidak tahu siapa.

 

Hyun Jung mengendap, berusaha menahan rasa sesak di dadanya, yang keluar dalam bentuk isakan tertahan, dia menuruni tangga dengan perlahan. Dan melihat baby sitter cucunya berada di ambang pintu masuk dengan kondisi menyedihkan.

 

Hyun Jung langsung berlari menghampiri. “Yoon Ah! Yoon Ah!” panggil Hyun Jung, menyadarkan gadis itu saat masih merasakan napas samar yang berhembus dari Yoon Ah.

 

Halmo-nim…”

 

“Dimana cucuku? Dimana Rae Hee?” tanyanya tergesa. Di telepon tadi Tae Hee mengatakan bayi, yang mengarah pada Rae Hee. Sedangkan Hyun Jung tidak menemukan Rae Hee dimanapun. Melihat Yoon Ah disini, satu-satunya orang yang mungkin bisa ditanyakan hanyalah sang baby sitter.

 

Halmo-nim, nyonya… nyonya menyur-uh saya.” Yoon Ah terbatuk, mengeluarkan darah, membuat Hyun Jung ngeri. “Nyonya menyuruh saya untuk membawa nona muda pergi. Halmo-nim, saya- saya meninggal-kan nona muda karena-”

 

Hyun Jung melihat perut Yoon Ah yang mengeluarkan banyak darah. Dia menduga bahwa Yoon Ah yang sedang membawa Rae Hee pergi, berhasil diikuti pembunuh, tapi, kalau Yoon Ah berhasil, baby sitter itu pasti sudah menyembunyikan Rae Hee disuatu tempat sebelum berhasil tertusuk.

 

Hyun Jung kembali melihat wajah Yoon Ah yang semakin pucat. Mata gadis itu perlahan menutup.

 

“Yoon Ah! Katakan dimana Rae Hee! Apa yang terjadi padanya!”

 

Yoon Ah menarik napas dengan susah payah, seolah ada benda besar yang menindih dadanya. “Nona muda… mendadak terdiam saat kami di kejar. Saya berusaha membangunkan nona muda, tapi nona muda tidak mau terbangun. Halmo-nim, saya- saya tidak tahu apa yang terjadi pada nona muda sebenarnya. Tapi- sebelum kami berhasil di tangkap, saya menyembunyikan nona muda, di gang dekat D-market.  Saya harap, Uhuk!” Yoon Ah menarik napasnya lagi, seperti bahwa sudah tak ada oksigen lagi untuknya. “Saya harap, nona muda baik-baik saja. Halmo-nim, maafkan saya.”

 

Dan mata Yoon Ah terpejam selamanya.

 

THE STORY… BEGIN!

 

18 pemikiran pada “NOBLESSE OBLIGE – Prolog

  1. Kayak nya bakalan seru nih eon.
    Ditunggu kelanjutan nya Ny. HEE
    *hwaiting.!

    Ny. HEE jaga kesehatan ne.
    *salanghae :* ❤

  2. critax kren……..
    tp syank q msh agk bingung ma cats n setingx……….
    d tnggu part 1………..
    oh ya jgan lpa heeseriesx update asap………..

  3. annyeong…
    aku reader baru nich…
    ide ceritanya menarik banget trus aku juga suka gaya bahasanya-pake-banget-lagi.
    ditunggu lanjutannya.^^

  4. boleh ikutan baca ea…^^
    ceritanya bagus 🙂 pi qu masih bingung sma cast-nya cz baru pertama kali baca cerita yg cast-nya pke’ nama jepang

  5. wuih tragedy, sounds great. hopefuly it will made me owww all day long. cant wait, darl

    new comer here, just try to read the fic here. after get recomen from an author too, bangapta RaeHee hehehe

  6. wuih tragedy, sounds great. hopefuly it will made me owww all day long. cant wait, darl

    new comer here, just try to read the fic here. after get recomen from an author too, bangapta RaeHee hehehe.

    • rizky.

      huuuhhuuuu
      ini rizky yang aku kenal kah?? atau rizky yang lain??

      halo new comer[?]… kenalan dooongs *colek colek*

      wew, siapa author baik hati yang merekomendasikan blog aneh ini?? O.O

Tinggalkan komentar