NOBLESSE OBLIGE – Prolog

noblesse oblige 

Moriguchi, Osaka, Japan.

 

Scene 1

 

Seorang pria muda, enam tahun, turun dari sebuah limosin yang menjemputnya dan sang ibu dari tempat tinggal tak layak mereka, dengan kikuk. Di pelukkannya ada sebuah robot kecil Kamen Rider Kabuto  berwarna merah-hitam-silver. Tangan kanannya yang bebas, digenggam erat oleh sang ibu.

 

“Saito-kun, mulai sekarang kita akan tinggal disini. Kau memiliki otou-san [ayah, formal] dan onii-san [kakak laki-laki, formal] disini. Ini sekarang menjadi rumahmu.”

 

Saito berkedip, melihat rumah sebesar istana dibelakang ibunya, lalu melihat ke arah ibunya. “Apakah Tomohiro-sama [sama : lebih formal dari san] menyukaiku?”

 

“Tentu, karena beliau adalah ayahmu.” Wanita bernama Misaki itu mengelus kepala Saito dengan sayang. Sekali lagi, Saito melihat ke arah rumah dibelakang Misaki, lalu kembali lagi melihat ke arah sang ibu.

 

“Apakah onii-san menyukaiku?”

 

Kali ini Saito terdiam sesaat, tapi bibirnya tak pernah memudarkan senyuman. Dengan satu tarikkan napas, Misaki mengangguk. “Onii-san akan menyukaimu.”

 

Okaa-san berjanji?”

 

“Janji.” Misaki mengulurkan jari kelingkingnya kehadapan Saito, lalu, anak muda itu ikut menautkan jari kelingkingnya sendiri di jari sang ibu, tersenyum lebar.

Lanjutkan membaca “NOBLESSE OBLIGE – Prolog”